Thursday, April 30, 2015




Beberapa hari kedepan, Ujian Nasional (UN) untuk jenjang SMP/MTs atau sederajat akan dilaksanakan. Hajatan tahunan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (Kemendikbud) yang menyedot APBN ratusan milyar rupiah ini tentunya akan sepadan dengan biaya yang dikeluarkan jika sebuah ekpektasi untuk mengetahui kualitas pendidikan yang lebih baik kedepannya menjadi kenyataan. Meskipun UN 2015 ini tidak lagi sebagai penentu kelulusan melainkan hanya digunakan sebagai alat untuk memetakan mutu pendidikan, faktanya semua sekolah di negeri ini masih menganggap UN sebagai sebuah prestige (gengsi) untuk unjuk gigi atas prestasi sekolah ketika hasil UN menempatkan mereka di posisi teratas dibandingkan dengan sekolah lainnya.
Fenomena inilah yang membuat sekolah-sekolah di Indonesia dua sisi yang berbeda itu selalu ada, yaitu rasional dan irrasional. Bagi sekolah dengan input peserta didik yang diatas rata-rata tentunya berusaha mencapai gengsi tersebut dengan cara-cara yang rasional seperti memberikan jam tambahan untuk mapel UN di sekolah jauh hari sebelum pelaksanaan, memotivasi peserta didik untuk mendiskusikan materi pelajaran dan membahasnya baik melalui group discussion atau melalui bimbingan belajar. Begitupun juga dengan sekolah dengan input peserta didik yang menengah kebawah. Sekolah ini juga tidak mau ketinggalan melaksanakan rutinitas tahunan tersebut dengan memberikan jam tambahan menghadapi UN seperti apa yang dilakukan disekolah-sekolah dengan input peserta didik yang diatas rata-rata tersebut diatas. Disatu sisi para guru semangat memberikan bimbingan, sisi sebaliknya peserta didik mereka tidak termotivasi untuk mendapatkan bimbingan karena mereka berprinsip bahwa jam tambahan hanya formalitas yang harus diikuti mereka daripada harus berurusan dengan pihak sekolah. Realita yang lain adalah hal irrasional, yakni  mereka menggunakan shortcut (jalan pintas) dengan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai yang maksimal yaitu dengan mencari bocoran.
Istilah kata bocoran ini sudah sering terdengar ditelinga kita setiap kali UN bahkan selama 11 tahun pelaksanan UN selalu ada kebocoran soal. Pelaksanaan UN yang dilakukan dengan ujian berbasis kertas (Paper Based Test) dan/atau ujian berbasis komputer (Computer Based Test) pada tahun 2015 ini harus ternodai kembali dengan bocornya soal Ujian Nasional (UN) tingkat SMA sederajat pada semua mata pelajaran yang diujikan. Bocornya soal UN tersebut tersebar di internet dan bahkan bisa diunduh oleh siapa saja terutama para peserta didik yang sedang mengikuti UN. Sungguh ironis dunia pendidikan kita saat ini. Disaat banyak orang peduli untuk memperbaiki tatanan kehidupan melalui dunia pendidikan ternyata ada segelintir orang diluar sana yang memanfaatkan celah untuk merusak tatanan tersebut melalui pembocoran soal.
Kecurangan pembocoran soal sebenarnya sudah diantisipasi oleh pemerintah dalam hal ini kemendikbud dengan CBT atau ujian berbasis computer. UN CBT pada awal tujuannya digunakan untuk meminimalisir pembocoran soal dan kecurangan dalam UN sehingga ketika UN CBT ini sukses pada tahun ini, kedepannya pelaksanaan UN kemungkinan besar menggunakan full CBT. Namun, lagi-lagi karena ulah pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab UN CBT dan bahkan UN PBT bisa saja dimoratorium ketika tingkat kemanfaatannya tidak ada lagi. Salah satu lembaga yang mewacanakan adanya moratorium adalah Federasi Serikat Guru Indonesia (FGSI). Lembaga ini kekeuh untuk mengusulkan moratorium kepada pemerintah karena bocornya soal UN tingkat SMA sederajat. FGSI mengklaim berhasil mengunduh 25 dari 30 soal UN di Google Drive. Dan ini yang membuat lembaga ini geram dengan pelaksanaan UN yang tak kunjung berakhir dengan ‘Bocoran Soal’.
Usulan moratorium UN ditanggapi dingin oleh Menteri Kebudayaan dan Pedidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan. Beliau memilih mengoreksi, menyempurnakan kekurangan UN dan memberikan sanksi kepada mereka yang membocorkan soal UN, termasuk guru dan oknum yang terlibat didalamnya. Semoga UN untuk tingkat SMP sederajat tahun ini lebih baik. Amiin

0 komentar:

Post a Comment

Visitors

JATENG PINTAR

Pembahasan Soal

Labels

Speak up!

Pages

Blog Archive